Kajian Kitab Nashoihul ‘Ibad Syekh Nawawi Al-Bantany (bagian 1)

kitab nashoihul ibadBismillahirahmanirahim, Qola Mu'alif Rohimakumullah Wa'anfaana Fi 'ulumihi Fidaroini Amin.
Maqolah 1
Diriwayatkan dari Nabi SAW, sesungguhnya Beliau bersabda, "Ada dua perkara, tidak ada sesuatu yang lebih utama dari dua perkara tersebut, yaitu iman kepada Allah dan berbuat kebajikan kepada sesama muslim. Baik dengan ucapan atau kekuasaannya atau dengan hartanya atau dengan badannya.
- Rasuulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang pada waktu pagi hari tidak mempunyai niat untuk menganiaya terhadap seseorang maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu". Dan  "Barang siapa pada waktu pagi hari memiliki niat memberikan pertolongan kepada orang yang dianiaya atau memenuhi hajat orang islam, maka baginya mendapat pahala seperti pahala hajji yang mabrur).
- Dan Nabi SAW bersabda, "Hamba yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Dan amal yang paling utama adalah membahagiakan hati orang mukmin dengan menghilangkan laparnya, atau menghilangkan kesusahannya, atau membayarkan hutangnya.

-Dan ada dua perkara, tidak ada sesuatu yang lebih buruk dari dua tersebut yaitu syirik kepada Allah dan mendatangkan bahaya kepada kaummuslimin. Baik membahayakan atas badannya, atau hartanya. Karena sesungguhnya semua perintah Allah kembali kepada dua masalah tersebut. Mengagungkan Allah dan berbuat baik kepada makhluknya, sebagaimana firman Allah Ta’ala Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan firman Allah Ta’ala Hendaklah kamu bersyukur kepadaKu dan kepada kedua orang tuamu.
Maqolah 2
Nabi SAW bersabda, "wajib bagi kamu semua untuk duduk bersama para Ulama" artinya yang mengamalkan ilmunya, dan  mendengarkan kalam para ahli hikmah artinya orang yang mengenal Tuhan. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala akan menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah-ilmu yang bermanfaat sebagaimana Allah menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan. Dan dalam riwayat lain dari Thabrani dari Abu Hanifah :  “Duduklah kamu dengan orang dewasa, dan bertanyalah kamu kepada para Ulama' dan berkumpulah kamu dengan para ahli hikmah” dan dalam sebuah riwayat, “duduklah kamu degan para ulama, dan bergaulah dengan kubaro’ ”.
Sesungguhnya Ulama itu ada dua macam,
1. orang yang alim tentang hukum-hukum Allah, mereka  itulah yang memiliki fatwa, dan
2. ulama yang ma’rifat akan Allah, mereka itulah para hukama’ yang dengan bergaul dengan mereka akan dapat memperbaiki akhlak, karena sesungguhnya hati mereka telah bersinar sebab ma’rifat kepada Allah demikian juga sirr / rahasia mereka telah bersinar disebabkan nur keagungan Allah.
Telah bersabda Nabi SAW, akan hadir suatu masa atas umatku, mereka menjauh dari para ulama dan fuqaha, maka Allah akan memberikan cobaan kepada mereka dengan tiga cobaan,
1. Allah akan menghilangkan berkah dari rizkinya.
2. Allah akan mengirim kepada mereka penguasa yang zalim
3. Mereka akan keluar meninggalkan dunia tanpa membawa iman kepada Allah Ta’ala Na’udzubiLlahi min dzaalik.
Maqolah 3
Dari Abi Bakar As-Shiddiq RA, "Barang siapa yang memasuki kubur tanpa membawa bekal yaitu berupa amal shalih maka keadaannya seperti orang yang menyeberangi lautan tanpa menggunakan perahu. Maka sudahlah pasti ia akan tenggelam dengan setenggelam-tenggelamnya dan tidak mungkin akan selamat kecuali mendapatkan pertolongan oleh orang-orang yang dapat menolongnya.. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, tidaklah seorang mayat yang meninggal itu, melainkan seperti orang yang tenggelam yang meminta pertolongan.
Maqolah 4
Dari ‘Umar RA,-dinukilkan dari Syaikh Abdul Mu’thy As-sulamy, sesungguhnya Nabi SAW bertanya kepada Jibril AS,
- Beritahukan kepadaku sifat kebaikan sahabat ‘Umar’. Maka Jibril menjawab, ‘Jika saja lautan dijadikan tinta dan tumbuh-tumbuhan dijadikan pena niscaya tidak akan cukup melukiskan sifat kebaikannya.
- Kemudian Nabi bersabda, beritahukan kepadaku kebaikan sifat Abu Bakar,”. Maka Jibril menjawab, ”’Umar hanyalah satu kebaikan dari beberapa kebaikan Abu Bakar RA. Umar RA berkata, kemuliaan dunia dengan banyaknya harta. Dan kemuliaan akhirat adalah dengan bagusnya amal. Maksudnya, urusan dunia tidak akan lancar dan sukses kecuali dengan dukungan harta benda. Demikian pula perkara akhirat tidak akan menjadi sempurna kecuali dengan amal perbuatan yang baik.
Maqolah 5
Dari ‘Utsman RA, "menyusahi dunia akan menggelapkan hati. Dan menyusahi akhirat akan menerangkan hati. Artinya, menyusahi urusan yang berhubungan dengan urusan dunia maka akan menjadikan hati menjadi gelap. Dan menyusahi perkara yang berhubungan dengan urusan akhirat akan menjadaikan hati menjadi terang. Yaa Allah jangan jadikan dunia sebesar-besar perkara yang kami susahi, dan bukan pula puncak ilmu kami.
Maqolah 6
Dari ‘Aly RA wa KarramaLlaahu Wajhah, "Barang siapa yang mencari ilmu maka surgalah sesungguhnya yang ia cari. Dan barang siapa yang mencari maksiat maka sesungguhnya nerakalah yang ia cari, Artinya barang siapa yang menyibukkan diri dengan mencari ilmu yang bermanfaat, yang mana tidak boleh tidak bagi orang yang aqil baligh untuk mengetahuinya maka pada hakekatnya ia mencari surga dan mencari ridho Allah SWT. Dan barang siapa yang menginginkan ma’siyat, maka pada hakekatnya nerakalah yang ia cari, dan kemarahan Allah Ta’ala.
Maqolah 7
Dari Yahya bin Muadz RA, "Tidak akan durhaka kepada Allah orang-orang yang mulia", yaitu orang yang baik tingkah lakunya Yaitu mereka yang memuliakan dirinya dengan menghiasinya dengan taqwa dan menjaga diri dari ma’siyat. Dan tidak akan memilih dunia dari pada akhirat orang-orang yang bijaksana Artinya orang bijak / hakiim tidak akan mendahulukan atau mengutamakan urusan dunia dari pada urusan akhirat. Adapun orang hakiim adalah orang yang mencegah dirinya dari pada bertentangan dengan kebenaran akal sehatnya.
Maqolah 8
Dari A’Masy, nama lengkapnya adalah Abu Sulaiman bin Mahran AL-Kuufy RA, "Barang  siapa yang bermodalkan taqwa, maka kelulah lidah untuk menyebutkan sifat keberuntungannya dan barang siapa yang bermodalkan dunia, maka kelulah lidah untuk menyebut sebagai kerugian dalam hal agamanya, Artinya barang siapa yang bermodalkan taqwa dengan melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya dimana dasar dari amal perbuatannya adalah selalu bersesuaian dengan syari’at, maka baginya pasti mendapatkan kebaikan yang sangat besar tanpa dapat dihitung dalam hal kebaikan yang diperolehnya.
Dan kebalikannya barang siapa yang perbuatannya selalu berseberangan dengan hukum syari’at, maka baginya kerugian yang sangat besar bahkan lidahpun sampai tidak dapat menyebutkannya.
Maqolah 9
Diriwayatkan dari Sufyan Atsauri, beliau adalah guru dari Imam Malik RA, "Setiap ma’siyat yang timbul dari dorongan syahwat yaitu keinginan yang teramat sangat akan sesuatu maka dapat diharapkan akan mendapat ampunanNya. Dan setiap ma’siyat yang timbul dari takabur atau sombong yaitu mendakwakan diri lebih utama atau mulia dari yang lain , maka maksiyat yang demikian ini tidak dapat diharapkan akan mendapat ampunan dari Allah, Karena maksiyat iblis berasal dari ketakaburannya yang tidak mau hormat kepada Nabi Adam AS atas perintah Allah dimana ia menganggap dirinya lebih mula dari Nabi Adam AS yang diciptakan dari tanah sedangkan ia/iblis diciptakan dari api. Dan sesungguhnya kesalahan Nabi Adam AS adalah karena keinginannya yang teramat sangat untuk memakan buah yang dilarang oleh Allah untuk memakannya.
Maqolah 10
Dari sebagian ahli zuhud yaitu mereka yang menghinakan kenikmatan dunia dan tidak peduli dengannya akan tetapi mereka mengambil dunia sekedar dharurah/darurat sesuai kebutuhan minimumnya. "Barangsiapa yang melakukan perbuatan dosa dengan tertawa bangga, maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka dalam keadaan menangis- karena seharusnya ia menyesal dan memohon ampunan kepada Allah bukannya berbangga hati. Dan "barangsiapa yang ta’at kepada Allah dengan menangis- karena malu kepada Allah dan Takut kepadaNya karena merasa banyak kekurangan dalam hal ta’at kepaadNya, Maka Allah akan memasukkanNya ke dalam surga dalam keadaan tertawa gembira dengan sebenar-benar gembira karena mendapatkan apa yang menjadi tujuannya selama ini yaitu ampunan dari Allah.
Maqolah 11
Dari sebagian ahli hikmah / Aulia’ Janganlah kamu menyepelekan dosa yang kecil karena dengan selalu menjalankannya maka lama kelamaan akan tumbuhlah ia menjadi dosa besar. Bahkan terkadang murka Tuhan itu ada pada dosa yang kecil-kecil.
Maqolah 12
Dari Nabi SAW : "Tidaklah termasuk dosa kecil apabila dilakukan secara terus menerus" karena dengan dilakukan secara terus menerus, maka akan menjadi besarlah ia. Dan tidaklah termasuk dosa besar apabila disertai dengan taubat dan istighfar" Yaitu taubat dengan syarat-syaratnya. Karena sesungguhnya taubat dapat menghapus bekas-bekas dosa yang dilakukan meskipun yang dilakukan tersebut dosa besar. Hadits ini diriwayatkan oleh Ad-dailamy dari Ibni Abbas RA.
Maqolah 13
Keinginan orang arifiin adalah memujiNya, maksudnya keinginan orang ahli ma’rifat adalah memuji Allah Ta’ala dengan keindahan sifat-sifatnya, dan keinginan orang-orang zuhud adalah do’a kepadaNya, yaitu permintaan kepada Allah sekedar hajat kebutuhannya dari dunia dengan segenap hatinya, dimana yang dimaksud do’a adalah meminta dengan merendahkan diri kepadaNya dengan memohon diberi kebaikan kepadanya, Karena keinginan orang arif/ ahli ma’rifat dari Tuhannya bukanlah pahala ataupun surga) sedangkan keinginan orang zuhud adalah untuk kepentingan dirinya sendiri, yaitu untuk kemanfatan dirinya dari pahala dan surga yang didapatkannya. Maka demikianleh perbedaan orang yang keinginan hatinya mendapatkan bidadari dan orang yang cita-citanya adalah keterbukaan hatinya.
Maqolah 14
diriwayatkan dari sebagian hukama’ yaitu orang yang ahli mengobati jiwa manusia, dan mereka itulah para wali Allah.
- Barangsiapa yang menganggap ada pelindung yang lebih utama dari Allah maka sangat sedikitlah ma’rifatnya kepada Allah, Maknanya adalah barang siapa yang menganggap ada penolong yang lebih dekat daripada pertolongan Allah, maka sesungguhnya dia belum mengenal Allah.
- Dan barang siapa yang menganggap ada musuh yang lebih berbahaya daripada nafsunya sendiri, maka sedikitlah ma’rifatnya/pengetahuannya tentang nafsunya Artinya adalah barang siapa yang berperasangka ada musuh yang lebih kuat dari pada hawa nafsunya yang selalu mengajak kepada kejahatan, maka sedikitlah ma’rifatnya/pengetahuannya akan hawa nafsunya sendiri.
Maqolah 15
Dari Abu Bakar Ash-Shiddiq RA. Menafsiri firman Allah Ta’ala, “Sungguh telah nyatalah kerusakan baik di daratan maupun di lautan, maka beliau memberikan tafsirannya (Yang dimaksud Al-Barr/ daratan adalah lisan.Sedangkan yang dimaksud Al-Bahr / lautan adalah hati).   Apabila lisan telah rusak dikarenakan mengumpat misalnya, maka akan menangislah diri seseorang / anak cucu adam. Akan tetapi apabila hati yang rusak disebabkan karena riya’ misalnya, maka akan menangislah malaikat. Dan diperumpamakan hati/qalb dengan lautan adalah dikarenkan sangat dalamnya hati itu.
Maqolah 16
Dikatakan, karena syahwat maka seorang raja berubah menjadi hamba sahaya/budak karena sesungguhnya barang siapa yang mencintai sesuatu maka ia akan menjadi hamba dari sesuatu yang dicintainya. dan sabar akan membuat seorang hamba sahaya berubah menjadia seorang raja, karena seoang hamba dengan kesabarannya akan memperoleh apa yang ia inginkan.Apakah belum kita ketahui kisah seorang hamba yang mulia putra seorang yang mulia, putera seorang yang mulia Sayyidina Yusuf AS Ash-Shiddiq, putera Ya’qub yang penyabar, putera Ishaq yang penyayang, putera Ibrahim Al-Khalil AS dengan Zulaikha. Sesungguhnya ia zulaikha sangat cinta kepada Sayyidina Yusuf AS dan Sayyidina Yusuf bersabar dengan tipudayanya.
Maqolah 17
Beruntunglah orang yang menjadikan akalnya sebagai pemimpin dengan mengikuti petunjuk akalnya yang sempurna sedangkan hawa nafsunya menjadi tahanan dan celakalah bagi orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai penguasanya, dengan melepaskannya dalam menuruti apa yang di inginkannya, sedangkan akalnya menjadi hambanya yaitu akal tersebut terhalang untuk memikirkan ni’mat Allah dan keagungan ALlah.
Maqolah 18
Barang siapa yang meninggalkan perbuatan dosa, maka akan lembutlah hatinya, maka hati tersebut akan senang menerima nasihat dan ia khusyu’/ memperhatikan akan nasihat tersebut. Barang siapa yang meninggalkan sesuatu yang haram baik dalam hal makanan, pakaian dan yang lainnya dan ia memakan sesuatu yang halal maka akan jernihlah pikirannya didalam bertafakur tentang semua ciptaan Allah yang menjadi petunjuk akan adanya Allah Ta’ala yang menghidupkan segala sesuatu setelah kematiannya demikian pula menjadi petunjuk akan keEsaan Allah dan kekuasaanNya dan ilmuNya.
- Dan yang demikian ini terjadi apabila ia mempergunakan fikirannya dan melatih akalnya bahwa Allah SubhanaHu Wata’ala yang menciptakan dia dari nuthfah di dalam rahim, kemudian menjadi segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging, kemudian Allah menjadikan tulang dan daging dan urat syaraf serta menciptakan anggota badan baginya. Kemudian Alah memberinya pendengaran, penglihatan dan semua anggota badan, kemudian Allah memudahkannya keluar sebagai janian dari dalam rahim ibunya, dan memberinya ilham untuk menyusu kepada ibunya, dan Allah menjadikannya pada awal kejadian dengan tanpa gigi gerigi kemudian Allah menumbuhkan gigi tersebut untuknya, kemudian Allah menanggalkan gigi tersebut pada usia 7 tahun kemudian Allah menumbuhkan kembali gigi tersebut. Kemudian Allah menjadikan keadaan hambanya selalu berubah dari kecil kemudian tumbuh menjadi besar dan dari muda berubah menjadi tua renta dan dari keadaan sehat berubah menjadi sakit. Kemudian Alah menjadikan bagi hambaNya pada setiap hari mengalami tidur dan jaga demikian pula rambutnya dan kuku-kukunya manakala ia tanggal maka akan tumbuh lagi seperti semula.
Demikian pula malam dan siang yang selalu bergantian, apabila hilang yang satu maka akan disusul dengan timbulnya yang lain. Demikian pula dengan adanya matahari, rembulan, bintang-bintang dan awan dan hujan yang semuanya datang dan pergi.
Demikian pula bertafakur tentang rembulan yang berkurang pada setiap malamnya,kemudian menjadi purnama, kemudian berkurang kembali. Seperti itu pula pada gerhana matahari dan rembulan ketika hilang cahayanya keudian cahaya itu kembali lagi.
Kemudian berfikir tentang bumi yang gersang lagi tandus maka Allah menumbuhkannya dengan berbagai macam tanaman, kemudian Allah menghilangkan lagi tanaman tersebut kemudian menumbuhkannya kembali. Maka kita akan dapat berkesimpulan bahwa Allah Dzat yang mampu berbuat yang sedemikian ini tentu mampu untuk menghidupkan sesuatu yang telah mati. Maka wajib bagi hamba untuk selalu bertafakur pada hal yang demikian sehingga menjadi kuatlah imannya akan hari kebangkitan setelah kematian, dan pula ia mengetahui bahwa Allah pasti membangkitkannya da membalas segala amal perbuatannya. Maka dengan seberapa imannya dari hal yang demikian yang membuat kita bersungguh-sungguh melaksanakan ta’at atau menjauhi ma’siyat.
Maqolah 19
Telah diwahyukan kepada sebagian Nabi Ta’atlah kepadaKu akan apa yang Aku perintahkan dan janganlah bermaksiyat kepadaku dari apa yang Aku nasehatkan kepadamu. Artinya dari nasihat yang dengannya seorang hamba akan mendapatkan kebaikan dan dengan apa yang dilarang maka seorang hamba akan tehindar dari kerusakan.
 
Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar